5/29/2008

Air Mata Rosululloh

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam”, kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?” “Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bahagian demi! bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?”, tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. “Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril.Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar kabar ini?”, tanya Jibril lagi.“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: “Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik.
Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingny amenunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
“Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. ”Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, ! Ali segera mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum” “peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.”
Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
“Ummatii,ummatii,ummatiii?” - “Umatku, umatku, umatku” Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
NB:Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mengingat maut dan mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita.

5/06/2008

Jangan Sakiti Buah Hati Kita

Aq copy cerita ini dari sebuah blog. Gak tau kisah nyata atau bukan. Tapi bener2 jadi ibroh yg sangat berharga, kita harus selalu menahan sabar dan tidak menghakimi seorang anak sekejam itu. siapkan tisue atau sapu tangan sebelum menuntaskan membaca kisah ini. selamat membaca....


Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah semasa keluar bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan berusia tiga setengah tahun. Bersendirian di rumah dia kerap dibiarkan pembantunya yang sibuk bekerja bermain diluar, tetapi pintu pagar tetap dikunci.
Bermainlah dia sama ada berayun-ayun di atas buaian yang dibeli bapanya,ataupun memetik bunga raya, bunga kertas dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dia pun mencoret semen tempat mobil ayahnya diparkirkan tetapi kerana lantainya terbuat dari marmer, coretan tidak kelihatan. Dicobanya pada mobil baru ayahnya. Ya...kerana mobil itu bewarna gelap, coretannya tampak jelas. Apa lagi kanak-kanak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Hari itu bapak dan ibunya bermotor ke tempat kerja kerana macet ada perayaan Thaipusam. Setelah penuh coretan yg sebelah kanan dia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya.
Kejadian itu berlangsung tanpa disadari si pembantu rumah. Pulang petang itu, terkejut pasangan itu melihat kereta yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini?"
Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan. 'Tak tahu...!"
"Kamu di rumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri lagi.
Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya.
Dengan penuh manja dia berkata "Ita yg membuat itu abahhh...cantik kan ! katanya sambil memeluk abahnya ingin bermanja seperti biasa.
Si ayah yang hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon bunga raya di depannya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya.
Si anak yang tak mengerti apa-apa terlolong-lolong kesakitan sekaligus ketakutan.
Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya. Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan.
Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa ??? Si bapak cukup rakus memukul-mukul tangan kanan dan kemudian tangan kiri anaknya.
Setelah si bapak masuk ke rumah dituruti si ibu, pembantu rumah menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar. Dilihatnya telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan
berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu.
Sambil menyiram air sambil dia ikut menangis. Anak kecil itu juga terjerit-jerit menahan kepedihan saat luka2nya itu terkena air.
Si pembantu rumah kemudian menidurkan anak kecil itu. Si bapak sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua-dua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu. "Oleskan obat saja!" jawab tuannya, bapak si anak.
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si bapak konon mau mengajar anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu tetapi setiap hari bertanya kepada pembantu rumah.
"Ita demam..." jawab pembantunya ringkas.
"Kasih minum panadol," jawab si ibu.
Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Ita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lg pintu kamar pembantunya.
Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan. Ita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik.
Doktor mengarahkan ia dirujuk ke hospital kerana keadaannya serius.
Setelah seminggu di rawat inap doktor memanggil bapak dan ibu anak itu.
"Tidak ada pilihan.." katanya yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong kerana gangren yang terjadi sedah terlalu parah. "Ia sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya kedua tangannya perlu dipotong dari siku ke bawah" kata doktor. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan.
Si ibu meraung merangkul si anak.
Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si bapak terketar-ketar madandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari bilik pembedahan, selepas obat bius yang suntikkan habis, si anak menangis kesakitan.
Dia juga heran2 melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata.
"Abah...Mama. ..Ita tidak akan melakukannya lagi. Ita tak mau ayah pukul.
Ita tak mau jahat. Ita sayang abah...sayang mama." katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya.
"Ita juga sayang Kak Narti..." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuatkan gadis dari Surabaya itu meraung histeris.
"Abah...kembalikan tangan Ita. Untuk apa ambil...Ita janji tdk akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Ita mau makan nanti? Bagaimana Ita mau bermain nanti? Ita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi," katanya berulang-ulang.
Serasa copot jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi, tiada manusia dapat menahannya.

5/05/2008

Mendidik Anak di Tengah Tantangan Zaman


Saran Elly Risman, S.Psi (Psikolog Anak) :
Untuk anak, orang tua untuk memberikan kondisi sebagai berikut:
- Fondasi agama, baik pemahaman maupun praktik.- Komunikasi terbuka dan hangat.
- Mempersiapkan anak sesuai dengan usia.
- Mengenalkan TV, game, telepon genggam, internet, dan teknologi secara seimbang. Anak diajak mengenali dampak positif dan negatifnya.
- Membicarakan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Beri tahu pula bagaimana caranya secara konkret.
- Melakukan kontrol yang tidak menyakitkan harga diri si anak.
Untuk orang tua, Bu Elly menyarankan melakukan beberapa hal yang bisa memperbaiki kualitas diri sebagai orang tua.
- Sering-sering melihat ke dalam diri (introspeksi). Tingkatkan kesadaran, tentukan prioritas.
- Ubah cara pandang dalam pengasuhan.
- Perbaiki konsep diri dan komunikasi.
- Lebih sigap dan antisipatif.
- Kejar ketinggalan.
- Bangun kerja sama dalam keluarga dengan 3 C (concern, committed, concictency/kepedulian, komitmen, dan konsisten).

5/01/2008

Empat hal yang menyebabkan hati bersinar

“Ada empat hal yang menyebabkan hati bersinar, yaitu:
1. Perut lapar (banyak berpuasa);

Dengan banyak berpuasa, maka :
- Ilmu lebih cepat masuk;
- Lebih berempati terhadap sesama;

2. Bersahabat dengan orang2 yang sholeh;
3. Selalu mengingat dosa-dosa di masa lalu;
4. Tidak banyak berangan-angan;

Disarikan dari Kitab Nashoihul Ibad

4/17/2008

Bobok di kamar sendiri ya sayang...

Sudah 3 malam ini Sikka aq latih untuk bobok di kamarnya sendiri. Walaupun awalnya sgt amat gak tega, tp terpaksa aq harus lakukan. dia kan dah 4 tahun. sudah waktunya dia untuk mandiri. Pada malam pertama aq pelan2 memintanya agar dia mau bobok di kamarnya, tentunya setelah Ayla bobok nyenyak. Dengan semangat Sikka membantuku menata tempat tidurnya. Seperti biasa, kasurnya diberi alas perlak, baru dilapisi selimut, di pinggir2nya diletakkan bantal2 panjang. Itulah tempat tidurnya, karena sampai sekarang dia masih ngompol. Agak repot memang, karena Sikka gak mau dibangunin malam2 hanya u pipis di kamar mandi. Dia akan marah & teriak2. Konsekuensinya, aq harus rajin mengontrol klo bajunya dah basah harus secepatnya diganti. Baru sekitar 6 bulan ini dia gak pake diapers. Kuatir jg klo pake diapers terus, jadi kebiasaan. Yang penting kami masih bisa menjaga agar najisnya gak ke mana2. Terpaksa, dia 1 tempat tidur u dia sendiri. Bangun tidur, semua peralatan dia yang posisinya di atas perlak harus segera dicuci.
Aq menemaninya sampai dia tertidur. Setelah dia terlelap, baru aq kembali ke kamarku. Gak tega jg, sebentar2 aq menengoknya. Pintu kamar aq biarkan tak tertutup sempurna, takut dia terbangun akibat deritan pintunya. tengah malam aq ganti baju+selimutnya, karena dia dah ngompol. Malam itu aq gak bisa tidur lelap, aq kepikiran Sikka, takut terjadi apa2 dengannya... aq merasa telah merampas ketenangannya, kenyamanannya u dekat dengan kami. air mataku meleleh..."tenang yusi, itu proses alami yang harus dilalui seorang anak untuk melatih kemandiriannya..." kata hatiku menghibur. Aq mencoba menenangkan perasaan ini.

Esok paginya, sekitar jam 4 buru2 aq masuk ke kamar Sikka, terkejut aq melihat mbak is (pengasuhnya) tidur di sebelahnya. "lo mbak, kamu tidur di sini dari jam berapa?". "baru saja kok bu..tadi Sikka manggil saya minta susu" katanya. "ya udah, kamu kembali ke kamar aja. aq yang nemenin Sikka" kataku. Mbak is kembali ke kamarnya di lantai 1. Ya Alloh, semalaman aq gelisah dan susah tidur. Di saat Sikka butuh aq, aq malah sedang terlelap. kasian dia..Aq temenin lagi dia sampai subuh..

"ma..tadi malem Sikka bobok di kamar Sikka sendiri ya.."Sikka berkata dengan bangga ketika aq mengikat rambutnya sehabis mandi "nanti malem Sikka bobok di kamar Sikka sendiri lagi ya ma..". "ya donk..Sikka dah besar dan pinter. Brani bobok sendiri.."aq memberikan pujian untuknya. Terima kasih ya Alloh, Engkau telah memberikan keberanian untuk anakku...


4/09/2008

Rasa sakit itu...

Aq berjalan gontai melewati deretan toko di Pasar Jatinegara, membawa beberapa kantong belanjaan. Kucari toko langgananku, ternyata begitu jauh aq berjalan. Akhirnya kutemukan toko itu. "ibu, ada yang bisa saya bantu" pelayan toko itu menyapaku ramah. "Saya membutuhkan peralatan masak mbak, yang ini.." aq menunjuk sebuah benda, dan pelayan itu mengambilkannya untukku. "ibu sendirian? biasanya dianter ma bapak?" pelayan itu bertanya sambil matanya mencari2 seseorang. Hatiku teriris, perih..Air mataku mengalir deras..."ibu kenapa? kok menangis?" pelayan itu terlihat panik. Aq membiarkan airmata ini terus mengalir, sepintas kulihat orang2 menatapku. mereka saling memandang, seolah berusaha mencari jawaban antara satu dengan lainnya. Setelah aq merasa cukup membiarkan airmata ini mengalir, aq baru bisa menyekanya. "sebenarnya saya belanja ini untuk keperluan pengajian nanti malam, 7 hari meninggalnya suami saya" kembali aq tergugu, membayangkan aq sudah gak bisa melihat lagi suamiku, berkomunikasi lagi dengannya, putus sudah segala hal tentangnya...hatiku kembali perih, mukaku terasa panas. kembali bayangan suami menari-nari di pelupuk mataku, saat dia berbicara, bercanda...saat dia mengantar kami ke mana2...semua itu tidak akan pernah terjadi lagi...hatiku meradang, perih tak terkira, mataku panas, kepalaku berat, semua terasa gelap...aduh!
Hampir aq jatuh..masya Alloh..di mana aq? kulihat di sebelah kananku, Ayla sedang tertidur lelap..sebelah kiriku...Sikkapun masih tertidur lelap. dan suamiku, aq bangkit dari tempat tidur. terlihat suamiku sedang tidur di kasur, di seberang tempat tidurku. Memang, di kamar utama ini sengaja dipersiapkan 3 tempat untuk tidur. 1 tempat tidur untuk Ayla, Sikka di tempat tidur sebelah bawah yang bisa didorong/dimasukkan kalau sudah gak dipakai, sementara 1 tempat tidur lagi untuk aq dan suamiku. Sebenarnya kami merenovasi rumah untuk segera merealisasikan kamar untuk Ayla dan Sikka, sehingga mereka bisa tidur di kamar masing2. Tapi setelah renovasi selesai, kami tidak tega membiarkan anak2 tidur terpisah. Kamar mereka dipakai hanya untuk tidur siang.
Buru2 aq beranjak menuju suamiku yang masih tertidur lelap, aq memeluk tubuhnya dan mencium pipinya. Air mataku masih mengalir. Ya robbi, terima kasih Engkau masih memberi kesempatan kepadaku untuk tetap memilikinya. Terima kasih, karena semua yang terjadi baru saja hanya mimpi. Terima kasih, telah Kau ingatkan bahwa begitu banyak anugerah yang masih aq miliki. Ampuni aq ya Alloh, telah terlupa mengingat nikmatmu, terlupa untuk selalu bersyukur padamu.
Walaupun aq telah bangun dari mimpi, tapi rasa sakit itu masih ada...rasa kehilangan itu seolah-olah nyata...

4/07/2008

Ampuni Aku ya Alloh, telah membunuhnya...

Bener2 peristiwa yang sangat mengerikan...saat aq sadar, bahwa aq sudah jadi seorang pembunuh!
Sebenarnya pagi itu aq masih ingin tidur lagi, mungkin kecapekan sepulang outbond kemaren. Lagian anak2 masih terlelap, mungkin mereka tau ini masih hari libur. Tapi karena suami dah laper, buru2 aq urungkan niatku. Bergegas aq ambil motor di garasi, dan meluncur ke tukang sayur yang biasa mangkal di samping masjid Adz dzikra, masjid kebanggan di kompleks kami. Setelah aq pilih bahan2 yang diperlukan untuk masak hari ini, aq bergegas pulang. Biar suamiku gak harus nunggu lama untuk menyantap sarapan pagi.
Tetapi di jalan aq melihat Ayub, temanku yg menikah kmrn. aq segera menepikan motorku di samping dia berdiri dan mematikan mesin. Aq ngobrol dengan dia tanpa turun dari motor, menanyakan acara kmrn, dan acara ngunduh mantu yg akan diadakan di rumahnya hari ini. Aq katakan padanya, klo mungkin nanti ke rumahnya agak sorean, karena kami mo ke masjid, menghadiri acara Maulid Nabi+Lomba Tumpeng antar RT. dia mempersilahkan. Karena aq merasa cukup berbicara denganku, aq segera pamit. dan langsung menghidupkan mesin dan mulai menjalankan mio-ku. Baru beberapa meter aq berjalan, kudengar Ayub berteriak memanggilku. buru2 aq menghentikan motorku, dan menoleh ke arahnya. Masya Alloh! di samping dia berdiri ada seekor kucing kecil menggelepar-gelepar. Aq buru2 berlari ke arahnya. Ya Robb! ternyata aku telah melindasnya. Tanpa aq sengaja, sewaktu aq ngobrol dengan Ayub, binatang yang kecil dan lucu itu berteduh di depan roda belakang motorku. dan ketika aq menjalankan motorku, jless...aq telah melindasnya. tepat di lehernya...darah mengujur deras dan badannya menggelepar. Ya Alloh..dia sedang mengalami sakaratul maut...aq gak bisa melakukan apa2. hanya bisa tertegun dan memandangi hewan kecil itu. Kakiku gemetar, badanku lemas. Baru kali ini aq mengalami hal seperti ini. Ayub berteriak memanggil kakaknya yang sedang berada di rumah ibu Sri, ketua majelis ta'lim Az-Zahra. kelompok ngajiku. "gimana nih.." teriakku gak tahan. "tunggu dulu mbak.."kakak Ayub berusaha menenangkanku. Tak berapa lama tubuh kucing itu diam, tak bergerak lagi. "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.." gumamku lirih. Aq sudah membunuhnya..."Ampuni aq ya Robbi..Maafkan aq ya Rasul, telah membunuh hewan kesayangan-mu.."keluhku dalam hati. Kenapa aq td langsung menjalankan motorku..kenapa aq gak memeriksa dulu di dekat ban motorku ada hewan atau tidak. kenapa..?kenapa..?rutukku menyalahkan diriku sendiri. Kakaknya Ayub mengambil selembar daun pisang dan memindahkan tubuh kucing itu di atasnya. dia sudah bersiap-siap menguburkan kucing itu sebagaimana mestinya. "sebentar mas, aq ambil kain putih dulu di rumah" buru2 aq berjalan ke rumahku yang tidak jauh dari bu sri. aq memang sengaja gak memakai motor, aq masih trauma. sesampai di rumah, aq ubrak-abrik tumpukan kotak yang biasa aq pakai untuk menyimpan jilbab+seprai+baju2 Sikka dan Ayla yang sudah tidak terpakai. Biar gak menuh2in lemari pakaian. kotak2 itu sengaja aq letakkan di kamar Sikka. Suamiku kaget, dan menanyakan apa yg terjadi. Sambil mencari jilbab putih yang aq maksud, aq menceritakan kejadiannya secara singkat. "Mama yang salah, jadi mama yang harus bertanggung jawab, ya udah diselesaikan aja sendiri". Hatiku mendidih, Aq berharap dia mau menolongku, setidaknya menghiburku. Aq terluka...tapi aq diam saja. ini bukan waktu yang tepat untuk bertengkar. Setengah berlari, Aq menuju TPK (Tempat Kejadian Perkara). Aq menyerahkan jilbab itu pada kakaknya Ayub, dan dia segera menggunakannya sebagai kain kafan untuk membungkus mayat kucing itu+menguburkannya.
Kudengar ada suara tangisan dari terasnya bu Sri, aq segera masuk ke dalam terasnya. Kulihat putri bungsu bu Sri menangis sejadi-jadinya. Robbi..ternyata kucing yang kutabrak tadi adalah kucing kesayangannya. Rasa bersalahku menjadi-jadi. Aq meminta maaf berkali-kali kepada Ibu Sri, Suaminya dan putri bungsunya. "Nggak apa-apa bu, kan nggak sengaja. yang penting sudah dikubur secara benar. kan kucing adalah hewan kesangannya Rosulullah.." kata bu Sri menenangkanku. "sudah dek..hewan kan juga ada takdirnya..Alloh sudah menghendaki dia kembali kepada-Nya" bu Sri berkata sambil mengusap pundah anaknya. Ternyata ada 2 kesalahan yang telah aq lakukan : menabrak seekor kucing dan menyakiti hati seorang gadis. Ampuni aq ya Alloh...
Pagi ini aq gak selera makan sama sekali..
Jam 10 aq sholat dzuha, aq berdoa mohon ampun atas kesalahan yang baru saja aq lakukan. Lalu kami ke masjid, menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Pilu hati ini..di hari aq merayakan kelahiran Beliau, di hari itu pula aq telah membunuh hewan kesayangan Beliau..aq lihat ibu Sri sudah sibuk di samping tumpeng2 yang akan dilombakan yang diletakkan di teras samping masjid. Sekali lagi, aq menanyakan kondisi putrinya, aq kuatir dia masih sedih dan shock. "nggak papa kok bu, sebentar lagi jg pasti udah lupa.." kata bu Sri menenangkanku sekali lagi.
Kami mengikuti tausiyah yang diberikan oleh ustadz Let.Kol. TNI AU Dr. Kemalsyah Al Habsyi, M. Ag. dengan seksama, digambarkan lagi akhlaq Rasulullah SAW. tak terasa air mataku meleleh...Aq bertekad memperbaiki tingkah lakuku..akhlaq-ku...
Ternyata sampe sore aq masih kepikiran incident tadi pagi, terpaksa kami terlambat datang ke acaranya Ayub. sewaktu kami datang, dia+istrinya sudah diboyong kembali ke Mampang. Yach...minimal kami sudah datang dan bersilaturrahim dengan keluarganya. Kami menghibur diri dengan menengok keluarga mas Azis (pegawai koperasi di kantorku), istrinya baru aja melahirkan. Anaknya lucu...
Ya Alloh..berikan kesempatan kepada kami untuk menghapus segala kejelekan yang ada pada diri kami dengan memperbanyak amal kebaikan...