4/09/2008

Rasa sakit itu...

Aq berjalan gontai melewati deretan toko di Pasar Jatinegara, membawa beberapa kantong belanjaan. Kucari toko langgananku, ternyata begitu jauh aq berjalan. Akhirnya kutemukan toko itu. "ibu, ada yang bisa saya bantu" pelayan toko itu menyapaku ramah. "Saya membutuhkan peralatan masak mbak, yang ini.." aq menunjuk sebuah benda, dan pelayan itu mengambilkannya untukku. "ibu sendirian? biasanya dianter ma bapak?" pelayan itu bertanya sambil matanya mencari2 seseorang. Hatiku teriris, perih..Air mataku mengalir deras..."ibu kenapa? kok menangis?" pelayan itu terlihat panik. Aq membiarkan airmata ini terus mengalir, sepintas kulihat orang2 menatapku. mereka saling memandang, seolah berusaha mencari jawaban antara satu dengan lainnya. Setelah aq merasa cukup membiarkan airmata ini mengalir, aq baru bisa menyekanya. "sebenarnya saya belanja ini untuk keperluan pengajian nanti malam, 7 hari meninggalnya suami saya" kembali aq tergugu, membayangkan aq sudah gak bisa melihat lagi suamiku, berkomunikasi lagi dengannya, putus sudah segala hal tentangnya...hatiku kembali perih, mukaku terasa panas. kembali bayangan suami menari-nari di pelupuk mataku, saat dia berbicara, bercanda...saat dia mengantar kami ke mana2...semua itu tidak akan pernah terjadi lagi...hatiku meradang, perih tak terkira, mataku panas, kepalaku berat, semua terasa gelap...aduh!
Hampir aq jatuh..masya Alloh..di mana aq? kulihat di sebelah kananku, Ayla sedang tertidur lelap..sebelah kiriku...Sikkapun masih tertidur lelap. dan suamiku, aq bangkit dari tempat tidur. terlihat suamiku sedang tidur di kasur, di seberang tempat tidurku. Memang, di kamar utama ini sengaja dipersiapkan 3 tempat untuk tidur. 1 tempat tidur untuk Ayla, Sikka di tempat tidur sebelah bawah yang bisa didorong/dimasukkan kalau sudah gak dipakai, sementara 1 tempat tidur lagi untuk aq dan suamiku. Sebenarnya kami merenovasi rumah untuk segera merealisasikan kamar untuk Ayla dan Sikka, sehingga mereka bisa tidur di kamar masing2. Tapi setelah renovasi selesai, kami tidak tega membiarkan anak2 tidur terpisah. Kamar mereka dipakai hanya untuk tidur siang.
Buru2 aq beranjak menuju suamiku yang masih tertidur lelap, aq memeluk tubuhnya dan mencium pipinya. Air mataku masih mengalir. Ya robbi, terima kasih Engkau masih memberi kesempatan kepadaku untuk tetap memilikinya. Terima kasih, karena semua yang terjadi baru saja hanya mimpi. Terima kasih, telah Kau ingatkan bahwa begitu banyak anugerah yang masih aq miliki. Ampuni aq ya Alloh, telah terlupa mengingat nikmatmu, terlupa untuk selalu bersyukur padamu.
Walaupun aq telah bangun dari mimpi, tapi rasa sakit itu masih ada...rasa kehilangan itu seolah-olah nyata...

2 comments:

Fivy said...

Yusi.., bagus banget tulisannya. Aku sempat kaget, terus... lega :)

KAdang2 kita emang terlalu cinta ama suami.. (suami2 jng GR!)

Yusi Damayanti said...

ya vy..sampe gemetar wkt bangun tidur...