3/27/2008

Hari-hari kelabu

Akhirnya bisa posting lagi, setelah 10 hari lebih menjalani hari-hari kelabu. ternyata kehilangan salah satu kebanggaan, guru, teladan merupakan pukulan yg sangat berat untuk kami. Prof. Dr. H. A. Qodry A. Azizy, MA. PhD., memang telah pergi. meninggalkan semua yang mengaguminya, semua yang mencintainya. Bliau menghembuskan nafas terakhir d RS. Mount Elizabeth Hospital - 19 Maret 2008. Tepat 4 hari setelah hari ulang tahunku
Padahal tgl 16 Maret, 2 jam sebelum berangkat ke Singapore, kami masih sempat berkumpul dan ngobrol. Sekitar jam 11 siang, pakde terlihat gelisah, berkali-kali menanyakan apakah makan siang sudah siap. Karena makanan masih dimasak, budhe meminta pakde menunggu sebentar lagi. Tak berapa lama kemudian, makanan sudah siap dihidangkan, Pakde menyantap Sayur Santan Ikan Pari panggang dengan lahap, karena itu adalah makanan kesukaannya yg khusus dibawa ibuku dari Kendal. seneng sekali klo ngliat pakdeku lg makan, semangat sampe wajahnya berkeringat. Setelah puas makan sayur ikan pari asap, bliau menunjuk makanan yang disajikan di sebelah mangkuk sayur ikan pari asap dan bertanya "daun apa sih ini, kok kayak rumput?" ibu menjawab "itu namanya daun adas, cobain aja..enak kok. Saya bawa juga dari Kendal" kemudian bliau mengambil urap tersebut dan memakannya, lalu tersenyum "enak juga..". Setelah makan, kami masih melanjutkan obrolan kami sebentar di meja makan. tiba-tiba..."bruk..!!" refleks kami menoleh ke arah asal suara, ternyata foto pakde yang dipajang di meja terjatuh, rupanya ada yang tak sengaja menyenggol foto tersebut, mungkin karena buru-buru mempersiapkan barang-barang yang akan di bawa ke Singapore. Aq gak tau persis siapa yang menjatuhkan, karena saat itu banyak orang yang hilir mudik. Budhe segera mengambil foto yang terjatuh di lantai, alhamdulillah ternyata gak pecah. Tapi kok tiba2 hati ini berdesir, seolah-olah ada terbersit sebuah firasat buruk. teringat di sinetron2 ataupun film2 indonesia, klo foto tiba-tiba terjatuh, akan ada kejadian buruk menimpa orang yang ada di foto tersebut..aq menggelengkan kepala, berusaha mengusir pikiran buruk yang ada di kepalaku. "naudzubillahi min dzaalik.." gumamku lirih. Aq berusaha larut lg dalam obrolan bersama keluargaku. .
Rabu 19 Maret 2008, jam 02.30 WIB
Aq berjalan di lorong menuju lift di kantorku, "yuk..!" sebuah suara memanggilku. kulihat temanku, yongky menghampiriku. serius sekali mukanya. Aq sudah hampir menggodanya, biasa..kami memang sering bercanda dan saling memperolok. tapi, my God..aq mengurungkan niatku. aq memperhatikan dengan lebih jelas ke arah mukanya, bertambah serius. tidak biasanya dia begitu. "dah dapet kabar belum, klo p qodri meninggal?" Seperti petir di siang bolong, dadaku bergemuruh, kepalaku berdenyut-denyut. Aq gak percaya, tapi yongky mana mungkin bercanda untuk hal seperti ini?. "aq baru aja ditelpon mbak nunung, dia dapet kabar langsung dari orang kesra yang ikut ke sana". Mbak nunung adalah istri Yongky yang kerja di Kesra. Orang Kesra yang di Singapore, mungkin yang dimaksud Yongky adalah Pak Risman, Staf ahli Menko Kesra yang mengantar pakde berobat ke sana. Aq segera mengambil hp dari saku bajuku, langsung kupencet nomor ibuku, nomer sedang sibuk. Yongky menyerahkan hpnya "ni bicara langsung ma mbak nunung.." Aq menerima hp itu, terdengar suara mbak nunung "mbak yusi ya, ya mbak..saya dapet telp dari Singapore, katanya meninggal 15 menit yg lalu" Aq sempet mengucapkan terima kasih atas informasinya. Aq coba sekali lg telp ibuku, nyambung..."yuuus.."kudengar ibu berkata lirih sambil terisak. Tidak ada kata-kata lagi yang terdengar, selain isak tangis ibuku. Aq gak perlu melanjutkan lagi telponku, suara ibu sudah sangat jelas menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi. Aq sudah mulai terisak, "sabar yuk.."Yongky berusaha menghiburku. Aq telp suamiku, mengabarkan berita ini, dan bergegas masuk ke lift, mo ke ruanganku. Aq mau duduk, kakiku lemas, kepalaku tambah berdenyut-denyut. Di lift, kudengar suara pak Tamjib menyapa, dan berusaha meledekku. Tapi aq tak sanggup berkata apa2. Sampai lantai 4, aq buru2 keluar dari lift. Belum sampai ke ruanganku, aq sudah tidak tahan lagi. Langsung aq masuk ke toilet, dan menangis sepuas-puasnya. Kembali ke meja kerjaku..aq memencet no. hp mbak ajang, istri pakde. Nyambung, terdengar suara..persis seperti yang kudengar ketika aq menelpon ibuku. Aq menutup kembali telp-ku, aq tidak sanggup lagi melanjutkan untuk mendengar isak tangis seseorang. Ya Alloh..aq musti bagaimana? aq telp pakde Masykuri, baru aq mendapatkan kepastian apa yang harus aq lakukan. ya..aq bergegas pulang, mempersiapkan segala sesuatu u pulang ke Kendal, karena jenazah akan dimakamkan di sana.Setelah suami pulang dari kantor, kami segera berangkat ke Pasar Minggu, kediaman pakde. Bertemu dengan mbak ajang dan keluarga yang lain. Alhamdulillah mbak ajang cukup tabah menerima cobaan ini, padahal sungguh berat. karena dia dalam kondisi hamil 6 bulan. Kami membicarakan rencana pemakaman. Sekitar 1 jam kami segera pamit, dan langsung pulang ke Kendal. Bapak-Ibu menelpon, mengingatkan agar kami hati-hati di perjalanan. Karena suami menyetir sendiri, padahal dalam keadaan capek pulang kerja. Ya Alloh..lindungi perjalanan kami.
2 hari kami harap2 cemas. Rencana jenazah tgl 20 sudah dibawa ke Kendal ternyata batal. sore jenazah baru sampai di Jakarta, karena proses pemulangan dari Singapore memakan waktu lama dan cukup ribet. Mungkin diakibatkan pakde berangkat ke Singapore dalam keadaan masih sehat, sementara pulang sudah dalam keadaan meninggal. Kuatir ada sesuatu yang tidak wajar. Ya sudahlah, yang penting bisa secepatnya tiba di Indonesia dan dikebumikan sebagaimana mestinya. Kami menunggu di Kendal, semua sudah siap. Tgl 21 Maret, jenazah pagi2 diterbangkan dari Halim PK menuju Bandara A. Yani. Kami menunggu di Bandara dari pagi. Sempet disholatkan di Masjid IAIN Walisongo, karena almarhum pernah mengabdi di sana. Semua orang yang mengenalnya berduka..
Perjalanan diteruskan ke Bulak, Weleri. Iring-iringan mobil kami seperti tiada putus2nya, panjang bgt. Sampai di sana, Seratus lebih orang sudah berkerumun, menyambut kedatangan jenazah. Peti jenazah diletakkan di ruang tamu rumah mbah. Semua orang berjubel, ingin melihat wajah pakde untuk yg terakhir kalinya. Setelah lengang, baru aq menghampiri peti jenazah itu, dari balik kaca bening di peti tersebut, aq melihat wajah yang bersih, tenang dan tersenyum. Persis seperti bayi yang sedang tertidur. "Subhanalloh.." gumamku pelan. Air mataku mengalir kembali...
Karena bertepatan dengan hari Jum'at, pemakaman akan dilangsungkan habis shalat Jum'at.
Pada saat jenazah diangkat mo dibawa ke makam, itulah saat yang paling klimaks, kami berada pada puncak kedukaan. Beratus-ratus orang mengantar jenazah sampai ke makam. Aq berjalan memisahkan diri dari iring2an pengantar jenazah, aq memilih mengambil jalan pintas yg terdekat, dan aq mengikuti proses pemakaman dari balik tembok makam yg hanya setinggi pundak. Memang, di kampung kami ini perempuan tidak lazim ikut proses pemakaman. Tapi kali ini aq melihat banyak perempuan2 yg berdiri di sekitarku. Mungkin ini merupakan antusiasme mereka untuk memberikan penghormatan terakhir kepada p qodri, figur kebanggan mereka. Proses pemakaman selesai, orang2 sudah mulai meninggalkan kompleks pemakaman, tinggal aq dan beberapa orang yang tersisa. aq menghampiri gundukan tanah yang masih merah dan basah, aq rapikan beberapa gumpalan2 tanah yang masih berserakan. kutaburkan bunga di atas gundukan tanah tersebut. Aq duduk di dekat pusara, tertunduk...air mataku meleleh. Sedih, karna ku tak akan pernah melihat sosoknya lagi, tak akan mendengar nasehatnya lagi. Tapi terbersit perasaan lega, akhirnya jasad pakdeku sudah dikebumikan sebagaimana mestinya. Aq terus menggumamkan doa..
Kuambil foto yang diletakkan di dekat pusara. Kupandangi foto itu, ya..foto yang terjatuh pada saat kami berada di rumah pakde, sebelum keberangkatannya ke Singapore. Peristiwa yang sempet membersitkan firasat buruk di hatiku. Aq tersenyum kecut, kudekap foto itu di dadaku. dan aq berjalan gontai kembali ke rumah mbah.
Pikiranku melayang-layang ke masa lalu, waktu aq masih kecil, bliau sering mengantar aq ke dokter untuk pengobatan sakit yang setia menemaniku, radang tenggorokan. aq paling histeris klo harus ketemu dengan jarum suntik. Bliau selalu memberiku hadiah agar aq mau disuntik, dengan 1 kotak susu ultra. Bliau yg mengenalkan sebuah makanan yg sama sekali belum pernah aq kenal sebelumnya, rujak cingur. bliau jg sering mengajak aq jalan2 bersama putri sulungnya, Hilda. Penuh tawa dan canda.
selamat jalan pakde...semoga Alloh memberikan tempat yg lapang di sisi-Nya. Kami akan selalu mengingat tauladan yang telah engkau ajarkan, yaitu Selalu Sambung Silaturrahim dan Berempati terhadap sesama...

1 comment:

Anonymous said...

Yusi, kami turut berbela sungkawa atas berpulang Pamanda tercinta, semoga rasa kehilangan yang dirasakan oleh keluarga besar menjadi pemicu semangat untuk meneruskan cita-cita beliau. Dan semoga beliau mendapatkan kedamaian dan tempat yang baik disisi-Nya, amin.HD