Hari ni nganter nok mik ke Itjen. da pembekalan+serah terima SK CPNS+penempatan. Karena acara dr pagi mpe sore, terpaksa dia aq tinggal. Aq ke kantor, gak enak klo mbolos. lagian ngapain jg seharian bengong nungguin. Nok mik jg dah gede, klo dikawal sepanjang hari, tar gak bisa sosialisasi ma tmen2 barunya. Surprise, lingkungan kerjanya enak bgt. Ktrnya bersih (gedung baru bo..), trus orang2nya ramah semua. Kata temenku yg tugas di sana, memang tiap kali ketemu harus ngucapin salam+jabat tangan, meskipun dengan tamu / orang baru. sekitar 30 menit aq di situ, gigiku hampir kering. karena harus jawab sapaan dari tiap org. laen ma di kantorku, qqqq...
6/27/2008
6/25/2008
Berbagi masalah...
Hhmmm...dah lama bgt gak posting. bad mood, gi byk masalah. kayak benang kusut. kucoba mengurai satu demi satu, kupikir lama-lama jg akan berkurang kekusutannya.
Selama ini untuk mengurangi beban masalah, biasanya anda cenderung menceritakan masalah kepada orang lain entah itu teman atau keluarga. Dengan bercerita rasanya hati anda sedikit 'plong' dan lega. Tapi bagaimana kalau masalah itu sampai terbawa ke kantor? Rasanya kalau didiamkan, masalah anda bisa sampai mengganggu konsentrasi kerja dan bikin anda tambah stres. Sementara kalau mau curhat, anda juga bingung mau curhat ama siapa.Tapi jangan bingung dan stres dulu, kalau anda udah nggak tahan ingin berbagi cerita, sharing atau curhat di kantor, simak dulu kiat berikut di bawah ini:- Curilah waktu kerja anda untuk berpikir sesaat. Coba pikir baik-baik perlukah masalah ini anda ceritakan pada orang lain? Kalau anda rasa masalah dapat anda lupakan dalam waktu satu jam ke depan, lebih baik anda nggak usah cerita. Mungkin anda dapat melupakannya dengan mencoba mengerjakan tugas-tugas yang menyenangkan anda. - Untuk mengenyahkan masalah dari pikiran anda cobalah ciptakan hal-hal yang menyenangkan bagi anda sejenak. Misalnya memutar lagu lembut, membuat secangkir susu, ngobrol dengan teman kantor yang lucu dan kocak. Atau bisa juga lirik-lirik 'gebetan' baru di kantor anda. Kalau rasa pusing bisa hilang, berarti anda terhindar dari libatan masalah anda kan?- Kalau tetep nggak tahan pengin cerita, selektiflah memilih temen curhat atau pendengar yang pantas. Sebaiknya cukup pada satu orang saja anda bercerita. Itupun harus pada rekan kantor yang cukup dekat dan mengenal anda dengan baik. Semakin banyak teman yang anda ceritakan akan semakin pelik masalah anda. Pilihlah waktu yang pas untuk curhat, yaitu saat anda dan dia tidak sedang sibuk. Kemudian perhatikan apakah ia cukup nyaman mendengarkan cerita anda. Kalau ia menunjukkan respon yang gelisah dan ogah-ogahan lebih baik batalkan saja cerita anda.- Bagaimanapun stresnya anda, ceritakanlah masalah dengan sikap netral. Ingat jangan melebih-lebihkan atau mendramatisir masalah. Dan jangan mengesankan bahwa anda adalah pribadi yang senang berkeluh kesah. Jika ia memberi solusi, dengarkan dengan penuh perhatian. Ini menandakan bahwa anda menghargai pendapatnya.Yakinkan bahwa anda merasa lebih tenang setelah menceritakan masalah anda. Dan konsentrasikan kembali pikiran anda pada pekerjaan. Ingat, bukan cuma anda loh yang punya masalah di kantor. Maka jangan sampai beban masalah anda mengurangi kualitas kerja anda. Kalau anda bisa membedakan antara masalah dan pekerjaan berarti anda telah berhasil mengelola masalah anda dengan baik. Percaya deh, seberat-beratnya masalah pasti selalu ada jalan keluar, asal anda mau mengusahakannya, tentu!
Thank's lo mas, kena bgt nih nasehatnya...
5/29/2008
Air Mata Rosululloh
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam”, kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?” “Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bahagian demi! bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?”, tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. “Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril.Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar kabar ini?”, tanya Jibril lagi.“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: “Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik.
Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingny amenunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
“Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. ”Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, ! Ali segera mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum” “peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.”
Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
“Ummatii,ummatii,ummatiii?” - “Umatku, umatku, umatku” Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?” “Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bahagian demi! bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?”, tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. “Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril.Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar kabar ini?”, tanya Jibril lagi.“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: “Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik.
Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingny amenunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
“Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. ”Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, ! Ali segera mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum” “peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.”
Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
“Ummatii,ummatii,ummatiii?” - “Umatku, umatku, umatku” Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
NB:Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mengingat maut dan mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita.
5/06/2008
Jangan Sakiti Buah Hati Kita
Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah semasa keluar bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan berusia tiga setengah tahun. Bersendirian di rumah dia kerap dibiarkan pembantunya yang sibuk bekerja bermain diluar, tetapi pintu pagar tetap dikunci.
Bermainlah dia sama ada berayun-ayun di atas buaian yang dibeli bapanya,ataupun memetik bunga raya, bunga kertas dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dia pun mencoret semen tempat mobil ayahnya diparkirkan tetapi kerana lantainya terbuat dari marmer, coretan tidak kelihatan. Dicobanya pada mobil baru ayahnya. Ya...kerana mobil itu bewarna gelap, coretannya tampak jelas. Apa lagi kanak-kanak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Hari itu bapak dan ibunya bermotor ke tempat kerja kerana macet ada perayaan Thaipusam. Setelah penuh coretan yg sebelah kanan dia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya.
Kejadian itu berlangsung tanpa disadari si pembantu rumah. Pulang petang itu, terkejut pasangan itu melihat kereta yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini?"
Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan. 'Tak tahu...!"
"Kamu di rumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri lagi.
Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya.
Dengan penuh manja dia berkata "Ita yg membuat itu abahhh...cantik kan ! katanya sambil memeluk abahnya ingin bermanja seperti biasa.
Si ayah yang hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon bunga raya di depannya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya.
Si anak yang tak mengerti apa-apa terlolong-lolong kesakitan sekaligus ketakutan.
Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya. Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan.
Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa ??? Si bapak cukup rakus memukul-mukul tangan kanan dan kemudian tangan kiri anaknya.
Setelah si bapak masuk ke rumah dituruti si ibu, pembantu rumah menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar. Dilihatnya telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan
berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu.
Sambil menyiram air sambil dia ikut menangis. Anak kecil itu juga terjerit-jerit menahan kepedihan saat luka2nya itu terkena air.
Si pembantu rumah kemudian menidurkan anak kecil itu. Si bapak sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua-dua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu. "Oleskan obat saja!" jawab tuannya, bapak si anak.
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si bapak konon mau mengajar anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu tetapi setiap hari bertanya kepada pembantu rumah.
"Ita demam..." jawab pembantunya ringkas.
"Kasih minum panadol," jawab si ibu.
Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Ita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lg pintu kamar pembantunya.
Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan. Ita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik.
Doktor mengarahkan ia dirujuk ke hospital kerana keadaannya serius.
Setelah seminggu di rawat inap doktor memanggil bapak dan ibu anak itu.
"Tidak ada pilihan.." katanya yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong kerana gangren yang terjadi sedah terlalu parah. "Ia sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya kedua tangannya perlu dipotong dari siku ke bawah" kata doktor. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan.
Si ibu meraung merangkul si anak.
Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si bapak terketar-ketar madandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari bilik pembedahan, selepas obat bius yang suntikkan habis, si anak menangis kesakitan.
Dia juga heran2 melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata.
"Abah...Mama. ..Ita tidak akan melakukannya lagi. Ita tak mau ayah pukul.
Ita tak mau jahat. Ita sayang abah...sayang mama." katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya.
"Ita juga sayang Kak Narti..." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuatkan gadis dari Surabaya itu meraung histeris.
"Abah...kembalikan tangan Ita. Untuk apa ambil...Ita janji tdk akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Ita mau makan nanti? Bagaimana Ita mau bermain nanti? Ita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi," katanya berulang-ulang.
Serasa copot jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi, tiada manusia dapat menahannya.
5/05/2008
Mendidik Anak di Tengah Tantangan Zaman

Saran Elly Risman, S.Psi (Psikolog Anak) :
Untuk anak, orang tua untuk memberikan kondisi sebagai berikut:
- Fondasi agama, baik pemahaman maupun praktik.- Komunikasi terbuka dan hangat.
- Mempersiapkan anak sesuai dengan usia.
- Mengenalkan TV, game, telepon genggam, internet, dan teknologi secara seimbang. Anak diajak mengenali dampak positif dan negatifnya.
- Membicarakan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Beri tahu pula bagaimana caranya secara konkret.
- Melakukan kontrol yang tidak menyakitkan harga diri si anak.
Untuk orang tua, Bu Elly menyarankan melakukan beberapa hal yang bisa memperbaiki kualitas diri sebagai orang tua.
- Sering-sering melihat ke dalam diri (introspeksi). Tingkatkan kesadaran, tentukan prioritas.
- Ubah cara pandang dalam pengasuhan.
- Perbaiki konsep diri dan komunikasi.
- Lebih sigap dan antisipatif.
- Kejar ketinggalan.
- Bangun kerja sama dalam keluarga dengan 3 C (concern, committed, concictency/kepedulian, komitmen, dan konsisten).
5/01/2008
Empat hal yang menyebabkan hati bersinar
“Ada empat hal yang menyebabkan hati bersinar, yaitu:
1. Perut lapar (banyak berpuasa);
Dengan banyak berpuasa, maka :
- Ilmu lebih cepat masuk;
- Lebih berempati terhadap sesama;
2. Bersahabat dengan orang2 yang sholeh;
3. Selalu mengingat dosa-dosa di masa lalu;
4. Tidak banyak berangan-angan;
Disarikan dari Kitab Nashoihul Ibad
1. Perut lapar (banyak berpuasa);
Dengan banyak berpuasa, maka :
- Ilmu lebih cepat masuk;
- Lebih berempati terhadap sesama;
2. Bersahabat dengan orang2 yang sholeh;
3. Selalu mengingat dosa-dosa di masa lalu;
4. Tidak banyak berangan-angan;
Disarikan dari Kitab Nashoihul Ibad
4/17/2008
Bobok di kamar sendiri ya sayang...
Sudah 3 malam ini Sikka aq latih untuk bobok di kamarnya sendiri. Walaupun awaln
ya sgt amat gak tega, tp terpaksa aq harus lakukan. dia kan dah 4 tahun. sudah waktunya dia untuk mandiri. Pada malam pertama aq pelan2 memintanya agar dia mau bobok di kamarnya, tentunya setelah Ayla bobok nyenyak. Dengan semangat Sikka membantuku menata tempat tidurnya. Seperti biasa, kasurnya diberi alas perlak, baru dilapisi selimut, di pinggir2nya diletakkan bantal2 panjang. Itulah tempat tidurnya, karena sampai sekarang dia masih ngompol. Agak repot memang, karena Sikka gak mau dibangunin malam2 hanya u pipis di kamar mandi. Dia akan marah & teriak2. Konsekuensinya, aq harus rajin mengontrol klo bajunya dah basah harus secepatnya diganti. Baru sekitar 6 bulan ini dia gak pake diapers. Kuatir jg klo pake diapers terus, jadi kebiasaan. Yang penting kami masih bisa menjaga agar najisnya gak ke mana2. Terpaksa, dia 1 tempat tidur u dia sendiri. Bangun tidur, semua peralatan dia yang posisinya di atas perlak harus segera dicuci.
Aq menemaninya sampai dia tertidur. Setelah dia terlelap, baru aq kembali ke kamarku. Gak tega jg, sebentar2 aq menengoknya. Pintu kamar aq biarkan tak tertutup sempurna, takut dia terbangun akibat deritan pintunya. tengah malam aq ganti baju+selimutnya, karena dia dah ngompol. Malam itu aq gak bisa tidur lelap, aq kepikiran Sikka, takut terjadi apa2 dengannya... aq merasa telah merampas ketenangannya, kenyamanannya u dekat dengan kami. air mataku meleleh..."tenang yusi, itu proses alami yang harus dilalui seorang anak untuk melatih kemandiriannya..." kata hatiku menghibur. Aq mencoba menenangkan perasaan ini.
Esok paginya, sekitar jam 4 buru2 aq masuk ke kamar Sikka, terkejut aq melihat mbak is (pengasuhnya) tidur di sebelahnya. "lo mbak, kamu tidur di sini dari jam berapa?". "baru saja kok bu..tadi Sikka manggil saya minta susu" katanya. "ya udah, kamu kembali ke kamar aja. aq yang nemenin Sikka" kataku. Mbak is kembali ke kamarnya di lantai 1. Ya Alloh, semalaman aq gelisah dan susah tidur. Di saat Sikka butuh aq, aq malah sedang terlelap. kasian dia..Aq temenin lagi dia sampai subuh..
"ma..tadi malem Sikka bobok di kamar Sikka sendiri ya.."Sikka berkata dengan bangga ketika aq mengikat rambutnya sehabis mandi "nanti malem Sikka bobok di kamar Sikka sendiri lagi ya ma..". "ya donk..Sikka dah besar dan pinter. Brani bobok sendiri.."aq memberikan pujian untuknya. Terima kasih ya Alloh, Engkau telah memberikan keberanian untuk anakku...
Subscribe to:
Posts (Atom)